By : Geraldus Sigap

Apa Itu Menopause?
Menopause adalah kondisi ketika siklus menstruasi berhenti secara permanen, ditandai dengan tidak datang bulan selama 12 bulan berturut-turut. Umumnya terjadi pada usia 45–55 tahun, tetapi bisa datang lebih awal. Proses ini berkaitan erat dengan penurunan produksi hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh.
Tanda dan Gejala Menopause yang Sering Terabaikan
Berikut beberapa gejala menopause yang kerap dianggap sebagai masalah biasa:
- Hot flashes (rasa panas mendadak)
- Sering terasa panas di wajah, leher, dan dada, terutama malam hari.
- Keringat malam berlebihan
- Terbangun dengan tubuh basah karena keringat.
- Gangguan tidur (insomnia)
- Susah tidur atau sering terbangun di malam hari tanpa sebab jelas.
- Perubahan suasana hati (mood swing)
- Lebih mudah marah, cemas, atau merasa sedih berlebihan.
- Penurunan gairah seksual dan vagina kering
- Berkurangnya keinginan seksual dan rasa nyeri saat berhubungan.
- Nyeri sendi atau otot tanpa sebab jelas
Jika Anda mengalami beberapa gejala di atas, sebaiknya konsultasikan dengan dokter untuk memastikan apakah ini bagian dari proses menopause.

Mengapa Gejala Menopause Terjadi?
Penurunan hormon estrogen memengaruhi berbagai sistem tubuh, termasuk sistem saraf, otot, metabolisme, dan reproduksi. Itulah mengapa efek menopause bisa begitu luas, mulai dari kulit kering hingga gangguan kognitif ringan.
Pemeriksaan dan Diagnosis
Jika Anda mencurigai tanda-tanda menopause, dokter biasanya akan melakukan:
- Pemeriksaan riwayat menstruasi dan gejala
- Tes darah hormonal: LH, FSH, dan estradiol
- Evaluasi gejala harian dan dampaknya pada kehidupan sehari-hari
- Deteksi dini sangat penting untuk mencegah komplikasi jangka panjang seperti osteoporosis dan penyakit jantung.
Cara Mengatasi Gejala Menopause
Menopause tidak bisa dihentikan, tetapi gejalanya bisa dikelola dengan efektif. Beberapa pilihan meliputi:
- Perubahan gaya hidup sehat:
Konsumsi makanan kaya kalsium dan vitamin D, olahraga teratur, tidur cukup, dan mengelola stres.
- Terapi Hormon (HRT)
Untuk gejala yang berat, dokter bisa mempertimbangkan terapi hormon estrogen/progesteron. Harus dilakukan dengan pengawasan ketat.
- Suplemen alami dan fitoterapi
Seperti ekstrak kedelai (isoflavon), evening primrose oil, atau black cohosh.
- Konsultasi Psikologis
Terapi perilaku atau konseling sangat membantu bagi wanita yang mengalami gangguan emosional berat.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika gejala menopause mulai mengganggu aktivitas harian atau muncul sebelum usia 40 tahun (menopause dini), segera konsultasikan ke dokter spesialis kebidanan dan kandungan. Hubungi Team dokter Obstetri Ginekologi RS Abdi Waluyo di 021-3144989 atau buat janji online sekarang juga.
FAQ
1. Usia berapa wanita mulai mengalami menopause?
Menopause umumnya terjadi pada usia 45–55 tahun. Namun, ada juga yang mengalaminya lebih dini (sebelum 40 tahun) atau lebih lambat, tergantung faktor genetik, gaya hidup, dan kondisi medis tertentu.
2. Apa perbedaan menopause dan perimenopause?
Perimenopause adalah fase transisi menuju menopause, saat hormon mulai menurun tetapi menstruasi belum berhenti sepenuhnya. Gejala seperti hot flashes dan mood swing biasanya mulai muncul pada fase ini.
3. Apakah menopause bisa dicegah?
Menopause adalah proses alami dan tidak bisa dicegah. Namun, gejalanya bisa dikendalikan dengan gaya hidup sehat, terapi hormon bila perlu, dan konsultasi rutin ke dokter.
4. Apakah menopause menyebabkan kenaikan berat badan?
Ya, penurunan hormon estrogen bisa memperlambat metabolisme dan menyebabkan penumpukan lemak di perut. Olahraga dan pola makan seimbang penting untuk menjaga berat badan tetap stabil.
5. Apakah semua wanita membutuhkan terapi hormon saat menopause?
Tidak. Terapi hormon hanya diberikan jika gejala menopause sangat mengganggu. Dokter akan menilai manfaat dan risikonya berdasarkan riwayat kesehatan Anda.
Referensi
- Singh M, Mostow A, Tuli S. Tonsillitis. StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024 [cited 2025 Jul 19]. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK552590/
- Desai K, Wadhwa R, Shah H. Pediatric tonsillitis: A review. Cureus. 2024 May 21;16(5):e60708. doi:10.7759/cureus.60708. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC11663262/
- Klug TE. Recurrent tonsillitis: an overview of burden and management. Drug Healthc Patient Saf. 2020;12:1–7. doi:10.2147/DHPS.S235017. Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33095879/