Oleh: Thalia Kaylyn Averil
Vape atau rokok elektrik menjadi semakin populer seiring dengan beralihnya masyarakat dari penggunaan rokok yang tradisional. Vape lebih diterima di masyarakat karena dipandang lebih aman. Pada tahun 1960-an, seorang perokok dan pedagang besi tua bernama Herbert Gilbert menciptakan perangkat yang menguapkan cairan untuk dihirup, sama seperti rokok elektrik masa kini. Walaupun sempat dianggap sebagai pengganti rokok konvensional yang lebih baik, sekarang vape telah berkembang menjadi salah satu jalan menuju penyalahgunaan nikotin, bahkan seringkali menimbulkan efek kecanduan yang lebih parah daripada rokok tradisional.
Vape diklaim dapat membantu berhenti merokok. Namun, tidak banyak studi yang mendukung keberhasilan vape sebagai alat bantu berhenti merokok. Pada akhirnya, banyak pengguna rokok elektrik yang juga menggunakan rokok konvensional sehingga dapat meningkatkan risiko kesehatannya. World Health Organization (WHO) tidak mendukung penggunaan rokok elektrik dengan tujuan untuk berhenti merokok, Central for Diseases Control and Prevention (CDC) juga menganggapnya sebagai pernyataan yang sugestif. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya individu yang berhasil berhenti merokok tanpa bantuan khusus. Oleh karena itu, keamanan dan kemanjuran rokok elektrik sebagai alat untuk berhenti merokok masih menjadi perdebatan karena kurangnya data yang relevan.
Rokok elektrik adalah perangkat yang dirancang untuk menghasilkan uap nikotin tanpa membakar tembakau. Perangkat ini terdiri dari baterai, elemen pemanas, dan katrij yang berisi larutan nikotin. Saat dihirup, perangkat memanaskan larutan tersebut sehingga menciptakan uap yang dapat masuk ke paru-paru. Berbeda dengan rokok konvensional, e-cigarette tidak melibatkan pembakaran sehingga tidak menghasilkan asap sampingan ketika tidak digunakan. Oleh karena itu, rokok elektrik diklaim memiliki dampak buruk yang lebih sedikit terhadap pernafasan. Walaupun vape mengeluarkan uap bukan asap, beberapa bahan beracun (contoh: nikotin, karbonil, logam) masih dapat dilepaskan ke udara yang menimbulkan kekhawatiran tentang paparan pasif, tetapi penelitian tentang efek kesehatannya masih terbatas.
Senyawa baru yang mungkin lebih berbahaya dapat dihasilkan dari proses pemanasan cairan di dalam vape. Cairan yang digunakan untuk rokok elektrik mengandung berbagai bahan kimia, seperti nikotin, propilen glikol, gliserol, dan lain-lain. Pemanasan propilen glikol, gliserol, dan perasa yang digunakan untuk vape bisa menghasilkan senyawa yang mengiritasi saluran napas dan menyebabkan peradangan, gangguan fungsi jantung, serta toksisitas. Zat perasa yang digunakan belum terbukti aman untuk dihirup, meskipun aman untuk dikonsumsi, seperti diacetyl yang sering dikaitkan dengan terjadinya bronkiolitis obliterans. Beberapa senyawa yang terkandung di dalam vape juga berpotensi menyebabkan kanker. Di dalam aerosol rokok elektrik, terkandung zat beracun seperti logam (arsenik, kromium, timbal, nikel), aldehida, alkaloid tembakau, dan hidrokarbon. Jumlah zat yang diserap pada rokok elektrik telah terbukti sama atau lebih besar daripada rokok konvensional.
Vape juga dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, terutama neutrofil dan makrofag, serta mengurangi fungsinya sebagai penghalang dan mengganggu proses pembersihan kuman. Selain itu, vape juga meningkatkan tanda-tanda peradangan di seluruh tubuh dan mengubah komposisi lendir pernapasan sehingga mengurangi kinerja pembersihannya. Sistem kekebalan tubuh yang menurun dapat meningkatkan kemampuan kuman-kuman untuk menimbulkan penyakit dan meningkatkan adhesinya pada tubuh, seperti influenza, Staphylococcus aureus, dan Streptococcus pneumoniae.
Menurut penelitian, rokok elektrik memiliki bahaya yang sama besarnya dengan rokok konvensional sehingga bukan merupakan pengganti rokok konvensional yang aman. Penggunaan rokok elektrik dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan yang sama seperti penggunaan rokok konvensional, seperti penurunan kekebalan tubuh dan peningkatan risiko terjadinya penyakit kardiovaskular, infeksi, serta masalah gigi. Selain itu, penggunaan vape pada remaja berkorelasi positif dengan mulainya merokok di kemudian hari. Efek jangka panjang yang ditimbulkan oleh vape juga masih belum jelas. Oleh karena itu, penggunaan rokok elektrik sama buruknya dengan penggunaan rokok tembakau biasa.
Referensi:
- Laucks P, Salzman GA. The Dangers of Vaping. Mo Med. 2020 Mar-Apr;117(2):159-164. PMID: 32308243; PMCID: PMC7144697. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7144697/
- Marques P, Piqueras L, Sanz MJ. An updated overview of e-cigarette impact on human health. Respir Res. 2021 May 18;22(1):151. doi: 10.1186/s12931-021-01737-5. PMID: 34006276; PMCID: PMC8129966. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8129966/
- Alotaybi M, Alzahrani SS, Algethmi AM, Alamri NS, Natto YS, Hashim ST, Altammar A, Alzubaidi AS, Alzahrani IB, Alghamdi AA. E-cigarettes and Vaping: A Smoking Cessation Method or Another Smoking Innovation? Cureus. 2022 Dec 12;14(12):e32435. doi: 10.7759/cureus.32435. PMID: 36644067; PMCID: PMC9833272. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC9833272/
- Darabseh MZ, Selfe J, Morse CI, Degens H. Is vaping better than smoking for cardiorespiratory and muscle function? Multidiscip Respir Med. 2020 Jul 3;15(1):674. doi: 10.4081/mrm.2020.674. PMID: 32670575; PMCID: PMC7348661. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7348661/
- Czogala J, Goniewicz ML, Fidelus B, Zielinska-Danch W, Travers MJ, Sobczak A. Secondhand exposure to vapors from electronic cigarettes. Nicotine Tob Res. 2014 Jun;16(6):655-62. doi: 10.1093/ntr/ntt203. Epub 2013 Dec 11. PMID: 24336346; PMCID: PMC4565991. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4565991/