Kenali Lebih Dalam Human Immunodeficiency Virus (HIV), Virus Berbahaya yang Menyebabkan Terjadinya Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) - Abdi Waluyo Hospital
Juli 11, 2024

Kenali Lebih Dalam Human Immunodeficiency Virus (HIV), Virus Berbahaya yang Menyebabkan Terjadinya Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)

rsaw

Oleh:  Thalia Kaylyn Averil


Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang memengaruhi sistem kekebalan tubuh dengan menyerang sel darah putih. Jika tidak diobati, HIV dapat berkembang menjadi Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) beberapa tahun kemudian. Sistem kekebalan tubuh yang menurun dapat meningkatkan risiko tertular infeksi dan beberapa penyakit lainnya. AIDS pertama kali diidentifikasi pada tahun 1981 di Amerika Serikat ketika Center for Disease Control and Prevention (CDC) melaporkan adanya kasus pneumonia di Los Angeles serta kasus tumor ganas di New York dan Los Angeles  pada laki-laki homoseksual. Setelah itu, penyakit ini menyebar ke pengguna narkoba suntik, penerima transfusi darah, dan penderita hemofilia. Pada tahun 1983, HIV diisolasi dari pasien limfadenopati, kemudian ditetapkan secara definitif sebagai penyebab AIDS pada tahun 1984. HIV adalah salah satu masalah kesehatan global yang serius. Saat ini, HIV telah merenggut kurang lebih 40,4 juta jiwa dan terus menyebar ke seluruh negara, bahkan beberapa negara telah melaporkan peningkatan angka terjadinya infeksi baru.

Gambar 1. Human Immunodeficiency Virus (HIV).

Tanda dan gejala HIV berbeda-beda berdasarkan tahap infeksinya. Setelah terinfeksi, penyakit ini lebih mudah menyebar pada bulan-bulan awal, tetapi banyak orang yang tidak menyadari kondisinya hingga beberapa waktu kemudian. Sebagian besar pasien mungkin tidak menunjukkan gejala apapun selama beberapa minggu. Pasien juga dapat mengalami gejala mirip flu seperti demam, ruam, sakit tenggorokan, dan sakit kepala. Gejala tersebut dapat terjadi selama beberapa hari atau beberapa minggu. HIV dapat menyebabkan sistem kekebalan tubuh melemah yang ditandai dengan beberapa indikator lainnya seperti pembesaran kelenjar getah bening, berat badan menurun, diare, atau batuk. Namun, tanda dan gejala tersebut bukan indikator utama HIV karena tanda gejala serupa juga dapat disebabkan oleh kondisi lain. Oleh karena itu, diagnosis HIV yang lebih akurat dapat dilakukan dengan rapid test.

Gambar 2. Gejala yang mungkin timbul pada pasien HIV.

Tes laboratorium HIV yang paling umum dilakukan adalah rapid test yang dilakukan dengan mencari antibodi yang telah dibuat tubuh untuk melawan HIV. Pada umumnya, antibodi ini muncul dalam waktu 28 hari setelah infeksi. “Window period adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan interval waktu antara terinfeksinya pasien pertama kali sampai tes dapat mendeteksi antibodi, tetapi pasien sudah dapat mentransmisikan HIV ke orang lain. Jika seseorang baru saja mengalami paparan yang berisiko dan menunjukkan hasil rapid test yang negatif, mereka harus melakukan rapid test ulang setelah 28 hari. Jika tes menunjukkan seseorang positif HIV, mereka harus dilakukan pemeriksaan kembali untuk konfirmasi.

HIV hanya dapat menyebar melalui cairan tubuh seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan dubur dan ASI dari pasien yang terinfeksi. HIV juga dapat ditularkan dari ibu ke anaknya selama kehamilan, persalinan, atau saat menyusui melalui ASI. HIV dapat menular jika cairan tersebut berkontak melalui selaput lendir, jaringan yang terluka, hubungan seksual, atau disuntikkan langsung ke aliran darah. HIV tidak dapat ditularkan melalui kontak normal sehari-hari, seperti berciuman, berpelukan, berjabat tangan, atau berbagi makanan atau minuman. Namun, pasien HIV yang menggunakan terapi antiretroviral (ART) tidak dapat menyebarkan virus ke pasangannya. Oleh karena itu, pengobatan dan mendapatkan akses dini terhadap terapi antiretroviral (ART) sangat penting untuk meningkatkan kesehatan orang yang hidup dengan HIV dan menghentikan penyebaran virus.

HIV tidak dapat diobati, tetapi terapi antiretroviral (ART) dapat digunakan untuk mencegah virus berkembang biak di dalam tubuh agar jumlah virusnya berkurang. Terapi antiretroviral (ART) yang tersedia saat ini dapat membantu sistem kekebalan tubuh untuk menjadi lebih kuat sehingga dapat melawan penyakit lain dengan lebih baik. Terapi antiretroviral (ART) harus diminum setiap hari sepanjang hidup. Pasien HIV yang sedang menjalani terapi antiretroviral dan tidak memiliki virus yang terdeteksi dalam darahnya tidak dapat menularkan infeksi tersebut ke pasangannya. 

Ada beberapa kondisi dan perilaku yang meningkatkan risiko seseorang terkena HIV, yaitu:

  • Berhubungan seks tanpa menggunakan kondom 
  • Mengalami penyakit menular seksual lain, seperti bakterial vaginosis, sifilis, herpes, klamidia, atau gonore
  • Menggunakan narkoba dan alkohol 
  • Berbagi alat suntik, jarum suntik, obat suntik, dan perlengkapan suntik lainnya
  • Tertusuk jarum suntik yang terinfeksi secara tidak sengaja
  • Mendapatkan transfusi darah, transplantasi jaringan, pembedahan, atau penindikan yang tidak steril

HIV adalah penyakit yang bisa dihindari dengan beberapa tindakan seperti:

  • Menggunakan kondom saat melakukan aktivitas seksual
  • Hindari penggunaan narkoba
  • Rutin menjalani tes HIV dan penyakit menular seksual lainnya
  • Melakukan pengobatan terhadap ibu yang terinfeksi HIV selama kehamilan untuk mencegah penularan dari ibu ke anak
  • Hindari menyusui untuk ibu yang positif HIV untuk mencegah penularan
  • Melakukan penindikan atau transfusi darah di tempat yang steril

Referensi:

  1. Kasper DL, Fauci AS. Harrison’s infectious diseases. 3rd ed. New York: McGrawHill; 2016.
  2. World Health Organization. HIV and AIDS [Internet]. Geneva: World Health Organization; 2023 Jul 13 [cited 2024 Jul 7]. Available from: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/hiv-aids?gad_source=1&gclid=Cj0KCQjw-ai0BhDPARIsAB6hmP5V44oVwx_pSYsFjS8iektHEdvp_cYlfa7GaxfQhvDHrvadKq272roaAn9gEALw_wcB
  3. Center for Disease Control and Prevention. About HIV [Internet]. Georgia: Center for Disease Control and Prevention; 2024 Jan 24 [cited 2024 Jul 7]. Available from: https://www.cdc.gov/hiv/about/index.html
Chat with us